Selasa, 15 September 2009

Faktor yang Mempengaruhi Belajar

Belajar Faktor yang Mempengaruhinya
oleh: Yudi Herpansi


Pendidikan merupakan upaya untuk membantu perkembangan siswa, sebagai makhluk individu dan makhluk sosial, sehingga ia dapat hidup secara layak dalam kehidupannya. Dengan demikian melalui pendidikan siswa dibekali dengan berbagai ilmu pengetahuan, dikembangkan nilai-nilai moralnya dan ketrampilannya.
Di dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 1 butir 1 disebutkan,
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.

Dengan demikian pendidikan adalah setiap usaha yang dilakukan untuk mengubah perilaku menjadi perilaku yang dinginkan sesuai dengan nilai-nilai dan norma yang berlaku, setiap anak harus dididik supaya dengan cara-cara yang sehat dapat mencapai perkembangan intelektual yang maksimal, kepribadiannya terbentuk dengan wajar, mencerminkan sifat-sifat kejujuran, kebenaran, tanggung jawab supaya dapat menjadi anggota masyarakat.

Perkembangan teknologi, informasi, dan komunkasi dewasa ini membuka peluang bagi setiap orang untuk mengakses hal tersebut ke seluruh dunia. Informasi dari dan ke segenap penjuru dunia menyebar luas dengan amat cepat, mudah diakses setiap saat dan di manapun. Kondisi itu membuat dunia ini seakan-akan tanpa batas, dan gejala ini yang disebut ciri kebudayaan global. Setiap orang berusaha menguasai jaringan informasi dan perangkat komunikasi yang semakin kompetitif. Individu yang dapat menguasai informasi untuk memperoleh pengetahuan dan ilmu akan menjadi unggul dalam budaya global. Oleh karena itu, diperlukan belajar sepanjang hayat (life long learning) secara terus-menerus dalam mengembangkan kemampuan untuk memperluas pengetahuan dan ilmu (learning to know) (Mulyasa, 2004:5).

Siswa yang masih dalam proses pertumbuhan dan perkembangan sangat rentan dipengaruhi oleh kebudayaan global. Beberapa kasus yang terjadi di sekolah, mulai dari mode pakaian, rambut, sampai dengan perilaku yang meniru budaya luar dengan mudah diserap oleh siswa tanpa memikirkan segala macam akibatnya. Pergeseran perilaku siswa yang mengarah pada peniruan budaya asing lama kelamaan akan membawa dampak negatif bagi perkembangan proses belajar mereka. Tidak sedikit kita menemukan para siswa kelihatan santai dalam belajar, bahkan cenderung menjadi malas. Kondisi yang seperti ini tidak dapat dibiarkan begitu saja. Sebagai pendidik dan orang tua kita harus selalu memberikan pengawasan dan perhatian terhadap anak. Siswa yang kreatif memanfaatkan peluang belajar, gigih, ulet, dan konsisten menerapkan cara belajar efektif akan memperoleh prestasi baik bahkan lebih baik lagi. Semakin efektif dan kreatif cara siswa belajar yang ditopang oleh kemampuan umum serta akuntabilitas tinggi, maka semakin besar peluang siswa memperoleh prestasi belajar yang baik. Sebaliknya, siswa yang lemah kemampuan umumnya, misalnya rendah motif untuk berprestasi, rendah tanggung jawab melaksanakan tugas-tugas belajar, serta tidak kreatif memanfaatkan peluang belajar di lingkungannya, akan sedikit peluang pula untuk meraih prestasi belajar yang baik.

Dari perspektif teknologi pendidikan, titik sentral pembahasan senantiasa terkait dengan human learning, yakni tentang motivasi belajar, budaya belajar, tujuan pembelajaran dan faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar. Sejalan dengan perspektif itu, penelitian ini membahas karakteristik siswa (learning characteristics), sebagai salah satu kajian dari kawasan desain yang terdapat dalam teknologi pendidikan.

Menurut Nasution (1999:63), “Dalam tiap kelompok keluarga, sekolah, masyarakat terdapat cara-cara berpikir dan berbuat yang diterima dan diharapkan oleh setiap anggota kelompok atau masyarakat.” Artinya, setiap kelompok masyarakat mempunyai karakteristik budaya tersendiri yang dianutnya, sehingga menjadi suatu budaya turun temurun. Masyarakat kota Palembang terdiri dari berbagai budaya daerah memiliki karakteristik tersendiri dalam mengadakan pembinaan dan bimbingan kepada para siswa. Para siswa terbentuk melalui proses sosialisasi budaya sehingga akan tercermin dari berbagai hasil perbuatan yang membudaya, dan ini menjadi ciri khas tersendiri serta akhirnya terbentuklah karakter seseorang (personal character).

Hasil belajar siswa menandakan mutu pendidikan yang telah diperolehnya, dengan indikator mutu hasil belajar siswa, yang merupakan gambaran dari tingkat ketercapaian tujuan dan penguasaan siswa atas isi dari apa yang dipelajari. Oleh karena itu hasil belajar yang berkualitas bukan sekedar ketercapaian menyampaikan materi pelajaran sesuai dengan target kurikulum, tetapi dapat diukur dari perubahan pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang terjadi pada siswa.

Keberhasilan belajar ditentukan oleh banyak faktor: Yaitu faktor internal yang terdapat di dalam diri individu itu sendiri, seperti kesehatan jasmani dan rohani, kecerdasan (intelegensia) daya ingat, kemauan, dan bakat; dan faktor eksternal yang terdapat di luar individu yang bersangkutan, seperti keadaan lingkungan rumah, masyarakat, dan segala sesuatu yang berhubungan dengan semua lingkungan tersebut.

Perbuatan belajar dan hasil belajar merupakan suatu kegiatan yang saling berhubungan. Artinya, siswa tidak akan menghasilkan hasil belajar yang baik jika tidak disertai dengan perbuatan belajarnya. Jadi, hasil belajar siswa tercermin dari perbuatan belajarnya. Akan tetapi, untuk mencapai hasil belajar baik siswa harus berusaha mengatasi faktor-faktor yang mempengaruhinya.


1. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perbuatan dan Hasil Belajar Siswa

a. Perbuatan Belajar

Menurut Hamalik (2004:27), “Perbuatan belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman (learning is defined as the modification or strengthening of behavior through experiencing).” Menurut pengertian ini, perbuatan belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas dari itu, yakni mengalami. Hasil belajar bukan suatu penguasaan hasil latihan melainkan perubahan kelakuan.

Pendapat yang senada juga dikemukakan oleh Hakim (2000:1) yaitu: “perbuatan belajar adalah suatu proses perubahan di dalam kepribadian manusia, dan perubahan tersebut ditampakkan dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, keterampilan, daya pikir, dan lain-lain kemampuan.” Sedangkan menurut pendapat Djamarah (2000:10), perbuatan belajar adalah suatu kegiatan yang kita lakukan untuk memperoleh sejumlah ilmu pengetahuan.

Menurut Tu’u (2004:109), faktor-faktor yang mempengaruhi perbuatan belajar siswa antara lain: teman-teman bergaul, keyakinan/iman, dan orang tua.

1) Teman Bergaul

Teman bergaul adalah tempat di mana siswa bersosialisasi. Di sini mereka bisa mendapatkan proses pembelajaran. Pada satu sisi teman bergaul dapat memberikan manfaat kepada siswa, namun di sisi lain hal ini dapat menjerumuskan diri siswa itu sendiri. Manfaat dari bergaul apabila para siswa dapat belajar bersama untuk memecahkan masalah belajar, dan mendiskusi suatu permasalahan. Teman bergaul juga dapat bermanfaat bagi siswa untuk membina persaingan secara sehat. Namun, dari pergaulan ini pula dapat merugikan diri siswa itu sendiri seandainya ia ikut-ikutan melakukan tindakan secara bersama yang akan merugikan masa depannya sendiri, seperti ikut tawuran, terlibat obat-obatan terlarang, dan lain-lainnya. Pendek kata, teman bergaul bagi anak pada akhirnya akan berpengaruh terhadap hasil belajar di sekolah. Ia bisa pintar atau sebaliknya menjadi malas.

2) Keyakinan/Iman

Nilai-nilai ajaran agama yang didapatkan di sekolah, di tempat idabah dan di rumah, sangat dirasakan mempengaurhi sikap, pikiran, perbuatan dan perkataan. Bila siswa akan melakukan sesuatu, nilai keyakinan iman ikut mempengaruhi. Apalagi, bila tingkat penghayatan imannya cukup baik, hal itu sangat mempengaruhi diri dan prestasinya.

3) Orang Tua

Menurut Suhendi (2001:74) bahwa “menempatkan anak sebagai milik orang tua, membawa peranan orang tua sebagai motivator, fasilitator, dan inisiator.” Artinya segenap perilaku dan pikiran anak merujuk pada keinginan orang tua.

Kemudian di dalam UU Sisdiknas Tahun 2003 dijelaskan pula bahwa orang turut serta bertanggung jawab dalam pendidikan, selain dari pemerintah, dan masyarakat. Menurut Tirtarahadja (2000:167), “keluarga mempunyai pengaruh besar dalam proses pendidikan pada umumnya.” Fungsi dan peranan orang tua tidak sebatas menyediakan dana pendidikan saja, tetapi ikut serta di dalam merencanakan program pendidikan, dan mengolah program pendidikan demi tercapainya mutu pendidikan. Dalam penjelasan UU Sisdiknas Tahun 2003 ditegaskan bahwa pendidikan keluarga merupakan salah satu upaya mencerdaskan kehidupan bangsa melalui pendidikan seumur hidup. Pendidikan dalam keluarga memberikan keyakinan keagamaan, nilai budaya yang mencakup nilai moral dan aturan-aturan pergaulan serta pandangan, keterampilan dan sikap hidup yang mendukung kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara kepada anggota masyarakat.


b. Hasil Belajar

Menurut Depdiknas (2003:3), “Hasil belajar (prestasi belajar) siswa yang diharapkan adalah kemampuan yang utuh yang mencakup kemampuan kognitif, kemampuan psikomotor, dan kemampuan afektif atau perilaku.” Menurut Tu’u (2004:75), “Prestasi belajar adalah hasil belajar yang dicapai peserta didik ketika mengikuti dan mengerjakan tugas dan kegiatan pembelajaran di sekolah.” Sedangkan menurut Surya (2004:64) bahwa: “Prestasi belajar ialah sesuatu yang dicapai oleh peserta didik sebagai perilaku belajar yang berupa hasil belajar yang berbentuk perubahan pada pengetahuan, sikap, dan keterampilan.” Prestasi belajar peserta didik ini biasanya dinyatakan dalam bentuk nilai atau angka.

Sedangkan faktor yang mempengaruhi hasil belajar yaitu: kecerdasan, usaha, bimbingan belajar, teman sebaya, dan waktu yang cukup untuk belajar. Sedangkan menurut Nasution (2005:38), faktor yang mempengaruhi perbuatan dan hasil belajar antara lain: bakat, mutu pengajaran, kesanggupan untuk memahami pengajaran, ketekunan, waktu yang tersedia untuk belajar.

Menurut Yunanto (2004:44) pada dasarnya melakukan kegiatan belajar di sekolah dan di rumah tidak banyak berbeda. Di rumah orang tua, pengasuh anak, orang dewasa yang sedang mendampingi anak perlu menggunakan prinsip-prinsip dalam kegiatan belajar mengajar agar dapat mendukung kegiatan belajar, yaitu:
Anak perlu diperhatikan. Perhatian kepada merupakan kunci keberhaasilan kegaitan belajar anak.
Pada dasarnya anak mengalami tumbuh kembang yang unik. Kegiatan belajar yang dilakukan harus disesuaikan dengan tumbuh kembang anak yang sedang terjadi.
Fasilitas belajar sebaiknya disediakan dalam ruangan khusus.
Waktu kegiatan belajar di rumah bisa lebih longgar.


Roestiyah (1996:151) menjelaskan bahwa dua faktor penghambat proses belajar mengajar dapat berpengaruh pada proses belajar peserta didik. Adapun dua faktor tersebut adalah faktor internal dan eksternal. Lebih lanjut Roestiyah (1996:151) menjelaskan pengertian dua faktor internal dan eksternal adalah berikut ini.
Faktor internal, ialah faktor yang timbul dari dalam diri anak itu sendiri, seperti kesehatan, rasa aman, kemampuan, minat dan sebagainya.
Faktor eksternal, ialah faktor yang datang dari luar si anak, seperti kebersihan rumah, udara yang panas, lingkungan dan sebagainya.


Pada faktor internal, hal yang dapat mempengaruhi belajar peserta didik adalah bersumber dari dalam dirinya seperti masalah kesehatan, kemampuan, rasa aman, dan berbagai kebutuhanya. Apabila peserta didik yang merasa belajarnya kurang sehat, tidak aman, kemampuan belajarnya rendah, kurang motivasi dalam belajar dan sebagainya maka sudah tentu kelancaran atau kelangsungan belajar dijalankan akan terhambat/terganggu, mungkin terhalang sama sekali.

Hal-hal yang dapat mempengaruhi belajar pada peserta didik dapat bersumber dari luar dirinya (faktor eksternal) seperti: masalah kebersihan, udara yang panas dan lingkungan yang kurang mendukung dalam aktivitas belajar. Secara khusus faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi kelancaran dan kelangsungan belajar peserta didik, dapat dibedakan dalam beberapa aspek.

Dari sekolah
Interaksi guru dengan peserta didik
Cara penyajian
Hubungan antar peserta didik
Standar belajar diatas ukuran
Media pendidikan
Kurikulum
Keadaan gedung
Waktu belajar
Pelaksanaan disiplin
Metode belajar

Dari Masyarakat
Mass media
Kegiatan lain
Teman bergaul
Cara hidup di lingkungan

Dari Keluarga
Cara mendidik orag tua
Suasana keluarga
Pengertian orang tua
Keadaan sosial ekonomi keluarga
Latar belajar kebudayaan (Roestiyah, 1996:151)


Dari berbagai faktor yang termasuk dalam faktor eksternal yang dapat mempengaruhi belajar pada peserta didik di atas dapat ditanggulangi dengan baik dan sesuai kebutuhan, maka akan kecenderungan memperoleh prestasi yang tinggi semakin besar.

Dengan demikian dapat kita pahami bahwa faktor sekolah, masyarakat dan keluarga anak didik dapat mempengaruhi secara positif terhadap keberhasilan peserta didik dalam belajar. Dengan kata lain, apabila keadaan sekolah, masyarakat, dan keluarga peserta didik yang sesuai dengan kebutuhan belajar peserta didik, maka cenderung prestasi belajarnya akan semakin tinggi. Begitu pula sebaliknya apabila ketiga faktor di atas tidak sesuai dengan keadaan peserta didik dan tidak ditunjang oleh faktor lainnya, baik itu faktor eksternal dan internal yang kurang mendukung kegiatan belajar peserta didik, dipastikan peserta didik bersangkutan sukar atau sulit berkembang sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan hidupnya.

Menurut Djamarah (2002:10), “dalam belajar terdapat hal-hal yang harus diperhatikan agar prestasi belajar dapat dicapai dengan baik, yaitu: (1) belajar dengan teratur; (2) disiplin; (3) konsentrasi; (4) pengaturan waktu.” Menurut Djamarah (2000:18), “Seorang siswa tidak bisa menghindarkan diri dari masalah waktu.” Sebagai seorang siswa harus pandai mengatur waktu. Dalam satu ahri terdapat 24 jam sehari semalam. Dalam waktu 24 jam tersebut seorang siswa harus dapat mengatur waktu tersebut. Kapan ia mesti belajar di sekolah, belajar di rumah, mengerjakan PR/Tugas, membantu orang tua, bermain, mengikuti kursus/les, mengaji, dan lain-lain.

Pengaturan waktu juga menjadi persoalan bagi siswa. Di atas kertas seorang siswa dapat saja telah menyusun dan membagi waktunya, tetapi kenyataannya masih ada siswa yang mengabaikan waktu. Akibatnya waktu yang seharusnya dimanfaatkan terbuang dengan percuma. Waktu berlalu tanpa makna. Prestasi belajar yang diidam-idamkan untuk dicapai hanya tinggal harapan. Sebaliknya, membuahkan hasil kekecewaan. Oleh karena itu, betapa pentinganya bagi siswa membagi waktu belajarnya dengan membuat jadwal pelajaran dan jadwal belajar.

Berdasarkan waktu yang tersedia untuk belajar sendiri ini, para siswa dapat mengatur jadwal belajar di rumah. Menurut Hukum Jost tentang belajar dalam Purwanto (1996:114), menjelaskan bahwa “Waktu 30 menit 2 x sehari selama 6 hari lebih baik dan produktif daripada sekali belajar selama 6 jam (360 menit tanpa berhenti.” Dalam hal ini “hukum Jost” masih tetap diakui kebenarannya. Hukum Jos ini telah mengatur tentang belajar dengan cara menyediakan waktu 30 menit 2 x sehari selama 6 hari. Pembagian ini lebih baik dan produktif daripada sekali belajar selama 6 jam (360 menit) tanpa berhenti. Lebih lanjut dikemukakan dalam hukum Jost bahwa peserta didik perlu membagi waktu yang contohnya sebagai berikut:
07.00 Pergi sekolah
07.30 – 12.30 Belajar di sekolah
12.30 – 15.00 Istirahat
15.00 – 17.00 Belajar sore
17.00 – 19.00 Membantu orang tua/menyelesaikan kegiatan lain
19.30 – 21.00 Belajar malam
21.00 – 04.30 Bangun tidur
04.30 – 06.00 Belajar pagi


Belajar dengan teratur merupakan pedoman mutlak yang tidak bisa diabaikan oleh siswa yang sedang belajar. Belajar dengan teratur berarti pula mengikuti setiap penjelasan yang dan beberapa dianjurkan oleh guru mata pelajaran. Di samping adanya keteraturan dalam belajar juga diharapkan adanya ketaatan dalam menjalankan tugas yang biasa disebut dengan disiplin.

Menurut Semiawan (2002:62) orang tua dapat memberikan dukungan dalam kegiatan belajar anaknya dengan cara: (1) menanamkan kebiasaan belajar siswa; (2) menumbuhkan kedisiplinan dalam belajar pada siswa; (3) menyediakan segala fasilitas belajar; (4) membantu dan membimbing siswa dalam menemukan kesulitan belajar.


a. Menanamkan Kebiasaan Belajar Siswa

Semiawan (2002:57) berpendapat, “Dalam proses pendidikan setiap orang tua wajib dalam proses pendidikan mengembangkan potensi anak didiknya, dan banyak tergantung dari suasana bagaimana tugas tersebut diwujudkan.” Untuk itulah orang tua harus menanamkan kebiasaan belajar anak sedini mungkin agar anak menjadi terbiasa belajar mandiri. Menurut Djaali (2000:164) bahwa “Kebiasaan belajar dapat diartikan sebagai cara atau teknik yang menetap pada diri siswa pada waktu menerima pelajaran, membaca buku, mengerjakan tugas, dan pengaturan waktu untuk menyelesaikan kegiatan.” Kebiasaan belajar yang baik harus ditumbuhkan sejak dini pada diri siswa. Hal ini harus dimulai dari lingkungan rumah, sebab lingkungan rumah merupakan yang pertama dan utama yang dominan berpengaruh terhadap kebiasaan belajar anak. Banyak orang yang belajar dengan susah payah, tetapi tidak mendapatkan hasil apa-apa, hanya kegagalan yang ditemui. Penyebabnya tidak lain karena belajar tidak teratur, tidak disiplin, dan kurang bersemangat, tidak tahu bagaimana cara berkonsentrasi dalam belajar, mengabaikan masalah pengaturan waktu dalam belajar, istirahat yang tidak cukup, dan kurang tidur. Oleh karena, dalam belajar terdapat hal-hal yang harus ditanamkan oleh orang tua kepada siswa. Menurut Djamarah (2002:10), siswa perlu ditanamkan kebiasaan belajar sedini mungkin, yaitu: (1) belajar dengan teratur; (2) disiplin; (3) konsentrasi; (4) pengaturan waktu.


b. Menumbuhkan Kedisiplinan dalam Belajar pada Siswa

Menurut pendapat Winkel (2004:22) bahwa:

Kedisiplinan adalah suatu peraturan yang sedikit, tetapi jelas atau tegas di mana isi dan rumusan peraturan dipikirkan secara mantap dan matang, dibina dan dikembangkan secara lebih nyata agar supaya apa yang diinginkan itu dapat terwujud dengan baik, sesuai dengan apa yang diharapkan.

Menumbuhkan kedisiplinan merupakan bagian dari tugas orang tua di rumah. Menciptakan kedisiplinan ini harus dimulai dari dalam diri kita sendiri, barulah dapat mendisiplinkan orang lain sehingga akan tercipta ketenangan, ketentraman, dan keharmonisan. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Darmodihardjo (1999:12) yang mengatakan bahwa seorang tidak akan efektif menanamkan kedisiplinan apabila dia sendiri tidak mengetahui apa yang menjadi keinginan orang lain.

Menerapkan disiplin yang konsisten merupakan kunci utama untuk mengatasi sebagian besar masalah yang dihadapi para orang tua dalam mendidik anak-anak. Proses pendisiplinan memungkinkan orang tua untuk mempertahankan kewenangan yang efektif di rumah, sehingga hubungan yang serasi antara orang tua dan anak-anak dapat terwujud.

Orang tua yang disiplin, yaitu mereka yang bisa bersikap tegas, layak dipercaya dan dapat berkomunikasi dengan jelas, pasti mampu menciptakan suatu sistem dan menjadi suri teladan bagi anak-anak mereka. Orang tua seperti ini akan mampu mendorong anak-anak untuk menjadi anak-anak yang disiplin juga. Dalam hal ini Clemes (2001:7) mengemukakan, “Alasan utama mengapa anak-anak yang bermasalah tidak mau berubah adalah karena kedua orang tua mereka tidak bersedia mengubah cara mereka dalam mengatasi setiap masalah.”

Dalam belajar disiplin sangat diperlukan. Disiplin dapat melahirkan semangat menghargai waktu, bukan menyia-nyiakan waktu berlalu dalam kehampaan. Budaya jam karet adalah musuh besar bagi mereka yang mengagumkan disiplin dalam belajar. Mereka benci menunda-nunda waktu belajar. Setiap jam bahkan setiap detik sangat berarti bagi mereka yang menuntut ilmu di mana dan kapan pun juga.

Orang-orang yang berhasil dalam belajar dan berkarya disebabkan mereka selalu menempatkan disiplin di atas semua tindakan dan perbuatan. Semua jadwal belajar yang telah disusun mereka taati dengan ikhlas. Mereka melaksanakannya dengan penuh semangat. Rela mengorbankan apa saja demi perjuangan menegakkan disiplin pribadi.

c. Menyediakan Segala Fasilitas Belajar

Sudjana (2002:37) berpendapat bahwa fasilitas belajar merupakan bagian dari sarana belajar yang termasuk dalam variabel lingkungan. Oleh karena itu, ketersediaan fasilitas belajar ini dapat mempengaruhi keberhasilan belajar siswa.

Kelengkapan fasilitas belajar di rumah sangat diperlukan oleh siswa untuk belajar, misalnya: sarana belajar yang meliputi meja, kursi, lemari/rak buku, ruangan alat-alat tulis dan gambar serta penerangan. Menurut Slameto (2003:76), penerangan yang dipakai dalam melakukan kegiatan belajar di rumah diperlukan penerangan yang cukup terang, tidak gelap sehingga dapat mengganggu mata. Bila siang hari penerangan dalam belajar tidak menjadi kendala karena mendapatkan penerangan dari cahaya matahari, sedangkan untuk belajar malam hari pada ruangan tertutup. Maka diperlukan penerangan yang tidak mengganggu kesehatan mata bagi siswa yang sedang belajar. Sarana belajar juga merupakan masalah yang penting dan juga sangat besar pengaruhnya dalam proses belajar mengajar. Secara garis besar fasilitas belajar yang seharusnya dimiliki oleh siswa di rumah antara lain:
Benda yang berhubungan dengan keperluan belajar misalnya meja belajar, ruang belajar, penerangan dalam belajar, buku-buku acuan, buku untuk mencatat, mistar, pena, kalkulator, pensil, tas, dan penghapus.
Benda yang dilihat dan disentuh berdasarkan kontak dengan lingkungan kehidupan siswa antara lain dengan melihat dan mendengar, merasakan benda yang berbunyi, benda yang mengalami pemanasan dan pendinginan.

Upaya orang tua untuk mendorong semangat belajar siswanya sangatlah diperlukan. Dalam hal ini orang tua kiranya dapat melengkapi sarana dan fasilitas belajar siswa, sebab akan membantu siswa dalam proses belajar. Seperti yang diungkapkan oleh Dalyono (2001:241) bahwa “kelengkapan fasilitas belajar akan membantu siswa dalam belajar, dan kurangnya alat-alat atau fasilitas belajar akan menghambat kemajuan belajarnya.”

Selain itu Slameto (2003:76) juga berpendapat, “Untuk dapat belajar yang efektif diperlukan lingkungan fisik yang baik dan teratur.” Lingkungan fisik tersebut berkaitan erat dengan penyediaan fasilitas belajar bagi siswa, misalnya:
Ruang belajar harus bersih, tak ada bau-bauan yang menganggu konsentrasi pikiran;
Ruangan cukup terang, tidak gelap yang dapat mengganggu mata;
Cukup sarana yang diperlukan untuk belajar, misalnya alat pelajaran, buku-buku, dan sebagainya.


Pendapat yang senada juga dikemukakan oleh Ahmadi dan Supriyono (1991:131) bahwa untuk mewujudkan konsentrasi belajar agar siswa dapat prestasi dalam belajarnya sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan fisik seperti fasilitas rumah, fasilitas belajar, dan iklim.

Selanjutnya, Djamarah (2002:208) mengungkapkan kesulitan siswa dalam belajar dapat disebabkan siswa tidak mempunyai tempat belajar yang khusus di rumah. Alasan ini diungkapkan pada kutipan berikut ini.

Karena tidak mempunyai ruang belajar, maka siswa belajar ke mana-mana; bisa di ruang dapur, di ruang tamu, atau belajar di tempat tidur. Siswa yang tidak punya tempat belajar berupa meja dan kursi terpaksa memanfaatkan meja dan kursi tamu untuk belajar. Bila ada tamu yang datang dia menjauhkan diri entah ke mana, mungkin ke ruang dapur karena tidak ada pilihan lain.


Dari beberapa pendapat di atas, nyatalah bahwa kelengkapan fasilitas belajar siswa di rumah sangat dibutuhkan dalam menciptakan konsentrasi belajar siswa yang nantinya akan berpengaruh pula terhadap pencapaian prestasi belajar.


d. Membantu dan Membimbing Anak dalam Menemukan Kesulitan Belajar

Dalyono (2001:247), “kesulitan belajar adalah suatu kondisi proses belajar yang ditandai hambatan-hambatan tertentu untuk mencapai hasil belajar.” Selanjutya, menurut Djamarah (2000:201), “Kesulitan belajar adalah kondisi di mana anak didik tidak dapat belajar secara wajar, disebabkan adanya ancaman, hambatan atupun gangguan dalam belajar.”

Berdasarkan pendapat di atas dapat penulis simpulkan bahwa kesulitan belajar adalah keadaan siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar karena adanya ancaman, hambatan, dan gangguan belajar.



Referensi


Clemes, Harris. 2001. Mengajarkan Disiplin kepada Anak. Jakarta: Mitra Utama.

Darmodihardjo, Dardji. 1999. Sekitar Pendidikan Pancasila. Jakarta: Kurnia Esa.

Depdiknas. 2003. Laporan Hasil Belajar. Jakarta

Djaali, H. 2000. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Program Pascasarjana UNJ

Djamarah, Sayiful Bahri. 2000. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif. Jakarta: Rineka Cipta.

Djamarah, Syaiful Bahri. 2002. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Hakim, Thursan. 2000. Belajar secara Efektif. Jakarta: Puspa Swara.

Hamalik, Oemar. 2004. Proses Belajar Mengajar. Bandung: Bumi Aksara.

Mulyasa, E. 2004. Kurikulum Berbasis Kompetensi: Konsep, Karakteristik, dan Implementasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Nasution S. 2005. Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar & Belajar. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Roestiyah. 1996. Masalah-masalah Ilmu Keguruan. Jakarta: Bina Aksara


Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Cetakan keempat. Jakarta: Rineka Cipta.


Sudjana, Nana. 2002. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algensindo Offset.


Suhendi, H. Hendi dan Ramdani Wahyu. 2001. Pengantar Studi Sosiologi Keluarga. Bandung: Pustaka Setia.


Surya, Hendra. 2004. Kiat Mengajak Anak Belajar dan Berprestasi. Jakarta: Gramedia

Tu’u, Tulus. 2004. Peran Disiplin pada Perilaku dan Prestasi Siswa. Jakarta: Grasindo.

Winkel, W.S. 2004. Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan. Jakarta: Grasindo.

Yunanto, Sri Joko. 2004. Sumber Belajar Anak Cerdas. Jakarta: Grasindo.


Entry Filed under: Pendidikan. Tag: Artikel, Belajar, gaya belajar, hasil belajar, Pembelajaran, Pendidikan, perbuatan belajar, prestasi belajar, psikologi, Umum.

1 komentar:

  1. pak sy lg proses buat skripsi dan cari buku peran disiplin pada prilaku dan prestasi sulit sekali..
    bisa minta tolong infonya untuk cari buku itu..atau situs toko buku on line.
    terimakasih

    email saya: ivadillaa@yahoo.co.id

    BalasHapus